Contoh Makalah Aspek Keprilakuan Pada Penyusunan Laporan Keuangan

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

Mulai dari zaman prasejarah telah menunjukan bahwa manusia di zaman itu telah mengenal adanya hitung-menghitung meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Dengan semakin majunya peradapan manusia menyebabkan pentingnya pencatatan, pengihktisaran dan pelaporan sebagai bagian dari proses transaksi. Sehingga akuntansi sebagai hasil dari proses transaksi telah mengalami metamorfosis yang panjang untuk menjadi bentuk yang modern seperti saat ini.Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam pengambilan keputusan.

Keterampilan matematis sekarang ini telah berperan dalam menganalisis permasalahan keuangan yang kompleks. Begitu pula dengan kemajuan dalam tehnologi komputer akuntansi yang memungkinkan informasi dapat tersedia dengan cepat. Tetapi, seberapa canggihpun prosedur akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan tujuan akhir. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk untuk memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan keputusan tersebut melibatkan berbagai aspek termasuk perilaku dari para pengambil keputusan. Dengan demikian akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi akuntansi.  

Kesempurnaan teknis tidak pernah mampu mencegah orang untuk mengetahui bahwa tujuan jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada bagaimana prilaku orang-orang di dalam organisasi.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

 

2.1.      SYARAT-SYARAT PELAPORAN

                   Dunia ini penuh dengan persyaratan untuk melaporakan informasi kepada orang lain tentang siapa atau apa kita ini, bagaimana kita menjalankan hidup kita ,bagaimana kita mrenjalankan hidup kita, bagaimana kita mengerjakan pekerjaan kita,bagaimana keadaan dari orang dan benda untuk mana kita bertanggung jawab, dan seterusnya. Hal hal ini pada umumya disebut  “persyaratan’’ pelaporan, meskipun beberapa diantaranya tidak dapat dipaksakan. Kebanyakan riset akutansi keprilakuan mengenai dampak informasi telah memfokuskan pada bagaimana penerima menggunakan informasi yang dilaporakan guna membuat penilaan dan atau keputusan.

                        Intisari dari proses akuntansi adalah komunikasi atasinformai yang memiliki implikasi keuangan atau manajemen. Karana pengumpulan dan pelaporan informmasi mengonsumsi sumber daya, iasanya hal tersebut tidak dilakukan secara sukarela kecuali pelopor yakin bahwa hal ini akan mempengaruhi si penerima untuk berprilaku sebgaiman yang diinginkan si pelopor.

                       Informasi yang dilaporkan adalah bagian yang penting dari proses daripengelolaan dan pengendalian organisasi. Tanpa informasi, manajer, kreditor, dan pemilik tidak dapat mengatakan apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana atau apakah tindakan korektif diperlukan. Meskipun alternatjf seperti pengamatan langsung atau audit mendadak kadang kala digunakan, informasi yang dilaporkan merupakan cara umum untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk pengendaliaan

                       Persyartan pelaporan dikenakan dan dipaksakan oleh beraneka ragam orang den organisasi dengan cara  yang beraneka ragam rupa. Dalam organisasi biasanya manajer memiliki hak untuk mengharuskan bawahanya melaporkan sapek manapun dari kenierja pekerjaan mereka. Apakah mereka dapat memeksakan persyartan semacam itudengan efektif adalah kurang jelas dan bergantug pada sejumlahfaktor organisasional, dan mungkin pribadi

                       Perusahaan yang dimiliki oleh publik diharuskan melaporkan secara ekstensif kepada bapepam dan ublik umum mengenai status keuangan dan operasinya. Berbagai pemeritah pusat maupun daerah juga mengaruskan organisasi dan individu untuk melaporkan berbagai macam masalah keuangan dan non keunagan dengan berbagai sanksi yang dikenakan untuk ketidak patuhan.setiap orang yang terlibat dalam perancanagn dan penggunaan system informasi perlu memahami ampaka yang mungkin dari persaratn pelaporan terhdap pengirim informasi, serta bagaimana memprediksikan dan mengidrentifikasikan dmapak semacam itu.

                       Bagaimana persyaratan pelaporan mempengaruhi prilaku

Gagasan bahwwa persyaratan pelaporan mempengaruhi prilaku pelapor bukanlah sesuatu yang baru ataupun unik bagi manajemen dan akuntansi. Para psikolog sangat menyadari bahwa orang dapat merespon terhadap  ‘tuntutan” dari situasii eksperimental dengan berprilaku secara berbedadengan apa yang mereka lakukan pada situasi lain. Sementara psikolog eksperimental mencoba menjahui hal ini karna orientasi dari riset mereka, manajer dan badan regulasi mencoba secara aktif untuk memberikan tuntutan kepada orang lain guna membuat mereka berprilaku dengan cara tertentu. Manajer dan  badan regulasi menggunakan oersyaratan pelaporan baik untuk menggunakan tuntutan semacam itu dan untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk mengevaluasi prilaku dan kinerja.

                       Diakui bahwa pengirim mungkinsaja dengan sengaja melaporkan informasi palsu yaitu mereka dapa saja berbohong. Infformasi yang tidak akurat juga dapat dilaporkan dengan sembrono karna system informasi yang tida memadai. Guna memastikan keandalan dariinformasi yang dilaporkan adalakh fungsi penting dari audit laporan keunagan oleh akuntan publik independen yang bersertifikasi, dari audit internal oleh staf yang hanya bertanggung jawab kepada manajemen puncak untuk mengecek para bawahan ditemat oleh atasan. Dan  ‘’ kunjungan lapangan” oleh para penyandang dana dari badan layanan sosial. Suatu mekanisme untuk memastikan integritas informasi yang dilaporkan adalah penting dari disain atas pelaporan mana pun.

                        Persyarata pelaporan dapat mempengaruhi prilaku pelopor dalam beberapa cara. Bentuk lain dari pengukuran yang digunakan dalam organisasi, seperti audit dan pengamatan langsung, juga memiliki dampak yang sma terhadap persyaratan pelaporan selain dampak spesifikasinya sendiri

 

 

2.1.1.      Antisipasi Penggunaan Informasi

            Pengirim menggunakan persyaratan pelaporan itu sendiri bersama –sama dengan informasi lainya, untukmengantisipasi bagaimana penerima akan bereaksi terhadap informasi yang akan dilaporkan. Karna orang pada umumnya bereaksi dengan cara-cara yang mereka yakin akan mengarah pada hasil yang mereka inginkan, pengirim informasi tersebut mencoba untuk menyimpulkan bagaimana penerima informasi akan menggunakan dan bereaksi terhadap informasi yang disediakan. Jika pengirimmengidentifikasi adanya suatu reaksi yang tidak menyenangkan terhadapinformasi mngenai prilaku merea sekarang. Mereka mungkin akan memodifikasi prilaku mereka sedemikian rupa, sehingga informasi yang dilporkan akan menimbulkan reaksi yang lebih diinginkan.

                        Persyaratan pelaporan kemungkinan besar akan mempengaruhi prilaku pengirim ketika informasi yang dilporkan merupakn deskripsi megenai prilaku pengirim atau sesuatu yang dipengaruhi peningrim atau sesuatu untuk mana si pengirim betanggung jawab.

                        Bagaiman informasi yang dilporkan berkaitan dengan prilaku pengirim adalah penting? Semakin informasi yang dilporkan mencerminkan sesuatu yang dapat dikendalikan oleh si pengirim, semakin besar kemungkinan bahwa prilaku pengirim akan dimodifikasi.pengirim dapat merasakn cukup pasti bahwa perubahan dalam prilaku akan mengarahkan perubahan yang diinginkan dlam informasi yang dilapoirkan.

                        Dalam konteks manajemen pengirim sering sekali dianggab bertanggung jawab untuk mengendaikan hal-hal yang juga dipengaruhi oleh beberapafaktor lain yang tdak dapat dipengaruhi oleh sipengirim. Misalnya saja  perekonomian dapat secara signifikan mempenagruhi penjualan suatu devisi dan tentu saja tidak dapat dikendalikan oleh manajer devisi. Meskipun prinsip akuntansi  manajemen untuk membuat manajer bertanggung jawab hanya untuk hal-hal untuk mana mereka memiliki  wewenag dan kemmmpuan untuk mnegendalikan, tidak mudah untuk benar-benar mengetahui seberapa banyak dari hasil sekarang yang disebabkan oleh tindakan pengirim dibandingkan oleh faktor-faktor lain. Ketika banyak faktor diluar prilaku pengirim mempengaruhi suatu hasil pengirim kemungkinan besar tidak akan merubah prilakunya guna menghasilakn informasi yang berbeda karna dua alasan. Pertama pengirim mungkin tidak mengetahui bagaimana untuk keprilakuan guna mecapai hasil dan informasi yang diinginkan. Kedua sering kali ada keinginan untuk menyalahkan faktor-faktor lain atas hasil yang dicapai ketika sipengirim ditanyakan mnenai hal itu

 

 

2.1.2.   Prediksi Si Pengirim Mengenai Penggunaan Si Pemakai

           Kadang kala penerima menyatakan secar jelas bagaiman mereka mengiginkan si pengirim berprilaku. Tetapi seringklai mereka tidak menginginkan atau mereka mungkin menginginkan banyak hal lain yang sulit dicapai secar simultan, seperti laba jangka pendek yang tinggi, pertumbuhan jangka panjang yang baik, atau citra publik yang bagus. Jika si pengirim bertanggung jawab kepada si penerima, maka si pengirim ingin berprilaku dengan caa –cara yang akan menyenangkan sipenerima. Apa yang diharuskan diambil, mengenai tindakan dan hasil manakah yang penting bagi sipenerima.

                        Kadangkala seseorang merasa pasti mengenia bagaimana penerima akan menggunakan informasi sementara pad aaktu lain seseorang tidak merasa pasti mengenai bagaiman informasi tersebut digunakan. Jika setip orang selalu jelas dan jujur mengenai bagaiman mereka akan menggunakan informasi yang dilaporkan , maka akan terdaat sedikit masalah, tetapi tetap masih ada kemungkinan bahwa informasi tersebut akan kemudian dilaporkan dengan cara-cara yang tidak dimaksudkan ketika perama kali informasi tersebbut diminta.  Seringkali, oaring yang memminta informasi tidak secara eksplit bagaiman informasi tersebut akan digunakan atau dnegn siapa informasi tersebut akan dibagi. Dalam kasus ini pelapor mrmpunyai pekerjaan yang sulit untuk menebak akapan dan bagaimana informasi tersebut dapat digunakan. Mereka kemungkinan besar akan mendasarkan perediksi mereka pada bagaimana informasi yang dilaporkan digunakn dalam situasi yang serupa dala pengamatan mereka. Atau bagaiman merka akan menggunakannuya jika mereka ada pada posisi si peminta informasi, bersama –sama pada informasi apapun yang tersedia bagaiman laporan ini akan digunkan.

                        Kadang kala, bahkan ketika orang menyatakan dengan jelas mengenai bagaiman mereka berencan untuk menggunakn informasi yang dilaporkan, mereka secara actual akan menggunakan informasi tersebut dengan cara-cara yang mereka indikasikan atau janjikan tidak akan digunakan. Ada kemungkinan tela ditematkan ada posisi ini  oleh seseorang yang mengorek informasi  dari anda dengan janji bahwa I formasi tersebut akan disebar atau digunakan terhadap anda kemudian, hanya untuk menemukan bahwa ternya mereka memenag menyebarkanya atau bahkan mereka menggunakan informasi tersebut pada setiap arugumentasi dengan anda. Fatanya potensi semaacam itu untuk penyalahgunaan  atas informasi tertentu telah mengarh padadimasukanya aturan mengenai keamanan dan privasi dengan kaitanya dengan catatan karyawan dan medis.

                        Dalam kasus-kasus lain adalah  jelas dari respon penerima atau kurangnayya respons penerima, bahwa mereka tidak menggunakan informasii yang dilpaorkan seperti yang mereka katakan. Anekdot klasik mengenai hal ini adalah mahasiswa yang mengetik alamat alamat ynag panjang ditengah-tegah suatyu makalah untuk menembah ketebalanya, makalah tersebut dikembalikan dnegna suatu nilai,tetapi tanpa indikasi bahwa makalah tersebut telah dilihat dosen.

                        Sementara contoh ini kelihatanya agak ekstream, banyak manajer mengakui bahwa mereka tidak mempunyai waktu untuk menggunakan seluruh informasi yang mereka terima mengenai prilaku bawahanya. Dalam banayak kasus bawahan merekanampaknya benar-benar menyadari  bahwa atasanya tidak menggunakan informasi tertentu yang dilaporkan,dan mereak bertindak tidak sesui dengan itu. Jika kegunaan yang dimaksudkan tidak sesuai dnegn yang dimaksudan maka pengirim akan menggunakan informasi masa lalunya dalam situasi yang serupa dan keyakinan lainya mengenai penerima dan situasi guna membuat estimasi terbaik mereka mengenai bagaimana informasi yang dilaporkan akan benar-benar digunakan.

 

 

2.1.3.      Insentif/Sanksi

            Ketika pengirim telah membuat estimasi terbaiknya mengenai apakah-dan jika demikian bagaiman penerima akan menggunakan informasi tersebut,maka pertanyaan berikutnya adala  ‘apakah yang dilakukan sipenerima tentang itu?dalam beberapa kasus, seseorang mengetahui bahwa sipenerima tidak akan senang denagn informasi tersebut, tetapi tidak dapat dilakukan mengenai hal itu. Faktanya, kadangkala orang yang mengiginkan informasi tersebut bahkan tidak dapat memaksakan  persyaratan pelaporan. Dalam kasus mana ‘pengirim’ krmungkinan besar tida k akan mengirimkna informasi itu. Tetapi ketika penerima memiliki paling tidak cukup kekuasaan langsung maupun tidak langsung utuk memaksakan persyaratan pelaporan, maka ia kemungkinan besar paling tidak memiliki suatu kekuasaan atas tindakan si pengirim.

                        Kekuatan dan sifat dari kekuasaan penerima terhadap pengirim adalah penentu yang paling penting mengenai seberapa besar kemungkinan bahwa sipengirim akan mengubah prilakunya. Semakin besar potensi yang ada bagi sipenerima untuk memberikan penghargaan atas snksi kepada si pengirim , semakin hati hati si pengirim akan bertindak dalam memastikan bahwa informasi yang dilaporkan akan diterima oleh sipenerima. Misalnya saja,mahasiswa kemungkinan besar akan mengerjakan tugasnya ketika tugas tersebut dikumpulkan dan diberi nilai dibandingkan jika tidak meskipun manfaat pembelajaran sama dalam kedua  kasus

 

 

 

 

2.1.4.               Penentuan Waktu

                 Waktu adalah peenntu penting dalam menentukan apakah persyaratn pelaporan akan menyebabkan perubahan dalam prilaku pengirim atau tidak. Supaya persyartan pelaporan dapat menyebabkan si pengirim mengubah prilakunya , ia harus mengetahui persyaratan pelaporan tersebut sebelum ia bertindak. Jika persyaratn pelaporan tersebut hanya terjadi setelah pengirim telah bertindak, maka tidak ada peluang untuk mengubah prilaku masa lalu. Tetapi kebanyakan persyaeatan palporan bersifat repetitive dalam konteks manajemen, sehingga bahkan jika persyaratan pelaporan yang pertama dikenakan setelah prilaku yang dilaporkan terjadi, pelapor akan mengetahui didepan bahwa laporan berikutnay harus dibuat. Karna data biasanya tidak dikumpulkan kecuali seseorang bermaksud menggunakanya, maka persyaratn pelaporan yang baru sering kali memerlukan data baru dikumpulkan yang memberikan peluang untuk mengubah prilaku sebelum pelaporan.

 

 

2.1.5.         Strategi Respons interatif

              Mengubah prilakubiasnya mahal biayanya. Orang dipengaruhi banyak tuntutan, batasan, dan keinginan yang saling bersaing satu smaa lain , perubahan apaun dalam prilaku biasanya  memengaruhi lbih dari stau dimensi ini dan tidak selalu kerah yang diprediksi atau diinginkan. Paling tidak menghabiskan banyak waktu utuk tugas menyisakan lebih sedikit waktu yang tersedia untuk tugas lainya.

                        Ketika suatu persyaratan pelaporan baru dikenakan, strategi yang paling murah adalah terus pberprilaku seperti baiasa, melaporkan sejujurnya prilaku tersebut, dan menunggu respon dari si penerima. Jika tidak ada respon maka strategi tersebut dapat diteruskan. Umpan baik negate dari penerima mengindikasikan baha prilaku yang dilaporkan tidak diinginkan, memperbaiki estimasi pengirim mengenai prilaku apa yang diinginkan si penerima dan bagaiman ia merespon. pada putaran pertama ‘’kami sedang mengerjakanya-hal hal seperti ini butuh waktu untujk merubah ‘’mungkin adalah respon yang mencukupi, ackerman menunjukan bahwa kombinasi antar persyaratan pelaporan dan pernyataan yang jelas mengenai prilaku yang diinginkan, serta umpan balik mungkin tidak mencukupi untuk mendrong prilaku yang diinginkan dalam situasi-situasi tertentu. Penghargaan dan sanksi yang dikaitkan dengan prilaku tersebut dibutuhkan dalam beberapa atau semua situasi.

Oleh karna itu kemungkinan pelapor mengubah prilakunya dalam maenggapai persyaratan elaporan saja bergantung palig tidak sebagian pada:

  1. Seberapa jelas apa yang diingin kan si penerima untuk terjadi
  2. Seberapa jelas untuk apa informasi yang dilaporkan tersebut akan digunakan oleh si penerima
  3. Penghargaan atau sanksi apa yang dapat diberikan oleh si penerima kepada si pengirim
  4. Penghargaaan atau sanksi manakah yang mungkin digunakan oleh sipenerima
  5. Seberapa besar perubahan dalam prilaku pada suatu dimensi dapat mempengaruhi kinerja pada dimensi-dimensi penting lainya.

 

 

2.1.6.      Pengarah Perhatian

            Suatu persyaratan pelaporan dapat menyebabkan pengirim mengubah prilakunya,bahkan jika ia tidak mengharapkan penerima bereaksi terjhadap siuatu informasi yang dilaporkan. Hal itu karna informasi memiliki suatu cara untuk mengarahkan perhatiaan pada bidang-bidag yang berkaitan dengan nya yang dapat mengarah pada perubahan prilaku. Meskipun dampak mengarahkan perhatian mungkin kurang ampuh dan kurang rentan terhadap prediksi dibandingkan dengan dampak antisipasi, dampak tersebut dapat mempengaruhi prilaku dalam beberapa situasi. Dampak tersebut kemungkinan besar dapat terjadi dalam situasi dimanaprilaku yan dilaporkan penting bagi sipengirim karna beberapa alasan, dan dimana terdapat cukup banyak kelonggaran (slack) dalam system yang memungkinkan si pengirim untukmengubah prilakuknya tanpa dampak negative terhadap aspek aspek lain dari kinerjanya. Hal ini lebih lemah dibandingkan dnegan damapak antisipasi.

                        Dampak mengarahkan perhatian dapat dianggap sebagia dampak dari pencatatan dan bukan damapak dari pelaporan informasi karna damppak tersebut timbul dari kepentingan pengirim itu sendiri dan tidak bergantung pada informasi yang dilaporkan kepada siapapun. Tetapi dampak tersebut dipertimbangkan karna dampak tersebut dapat terjadi sebgai respon terhadap persyaratan pelaporan dari luar meskipun hal tersebut dapat juga terjadi tanpa adanya persyaratan tersebut.

                        Banyak program manajemen waktu mengguanakn dampak mengarahkan perhatian untuk menghasilkan perubahan prilaku. Partisipan diminta untuk menyimpan catatan yang terinci mengenai bagaimana mereka menghabiskan waktu, tetapi tidak diharuskan untuk menyampaikan informasi tersebut kepada siapapun. Mereka kemudian dapat menggunakn informasi tersebut untuk menentukan apakah mereka menghabiskan waktunya dengan cara-cara  yang mendukung pernyataan prioritas mereka apakah banayak dari waktu mreka yang disia-siakan .

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.2.         DAMPAK DARI PERSYARATAN PELAPORAN

                        Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi prilakudisemua bidang akuntansi:keuangan,erpajakan, manajerial, dan sosial. Kompleksitas dari lingkungan akuntans adalah penghalang terhadap penilaian dampak dari persyaratan pelaporan. Terdapat begitu banyak hal yan terjadi pada waktu yang bersamaan, sehingga suluit mengatakan dengan pasti yang manakah yang menyebabkan prilaku yang diamati. Bukti-bukti mengenai dampak persyaratan pelaporan masih belum konklusif,tetapi pengetahuan yang lebih substantive dan metedologi riset yang lebih baik sedang dikembangkan. Bagian bagian berikut ini  membahas mengenai pemikiran sekarang diberbagai bidang.

 

 

2.2.1.             Akuntansi Keuanngan

                        Badan-badan yang berwenag dalam akuntansi keuangan di amerika serikat, termasuk securities exchange commission (sec), financial accounting standards board(FASB) dan financial executives research foundation (FERF) telah mengakui dampak potensial yang dimilki persyaratan pelaporan terhadap prilaku korporat. FASB dan FERF baru-baru ini mulai mendorong dan mendukung investigsai mengenai dampak semacam itu dan mempertimbnagkan secara ekslplit dalam proses penetapan standar.

                        Pada awaltahun 1969 diusulkan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secra umuum(generally accepted accounting standar-GAAP) dapat mempengaruhi prilaku korporat. Hawkins membahas dampak-dampak yang mungkin terhadap kebijakan  operasi manajer mengenai prinsip-prinsip akuntansi untuk pajak tangguhan. Kredit translasi mata uang asing, laba persaham, konsolidasi, laba atau rugiiluar biasa, ekuivalen saham biasa, dan sewa guna usaha, ia menyatakan GAAP ynag baik secara keprilakuan akan menghambat manajer untuk mngambil tindakan operasi yang tidak diinginkan guna membenarkan adopsi atas suatu alternative akuntansi dan menghambat adopsi praktik akuntansi oleh korporasi yang menciptakan ilusi kerja,syangnya ia tidak melakukan investigasi apakah dampak yang ia argumetasikan benar-benar terjadi atau tidak ia juga tidak membahas situasi hadirin yang dampak mempengaruhi kekuatan dari dampak tersebut , akan tetapi sejak saat itu telah dilakukan perubahan dalam banyak bidang GAAP yang dibahasnya.

                        Beberapa prinsip akuntansi kemudian diterapkan setelah diperdebatkan terlebih dahulu mengenai dampak ayng akan ditimbulkan. Beberapa hal yang controversial  dari pernyataan akuntansi tersebut merupakan contoh mengenai bagaimana prinsip akntansi tersebut berprilaku. Contoh contoh tersebut meliputi bagaimana perlakuan atas kerugian yang secara signifikan dipengaruhi oleh melemahnya mata  uang rupiah terhadap dolar. Dan bagaimana perlakuan atas kelebihan nilai pembayara untuk kontrak utang dalam mata uang asing, sebelum diterapkan dan diakui sebagai biaya atau dikapitalissihal hal tersebut terlebih dahulu mngalami perdebatan yang melibatkan berbagai kelompok, dan interpretasi tersebut dinyatakan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh tingkat inflasi yang luar biasa dan melibatkan transaksi operasi dalam mata uang dolar dapat dikapitalisasi oleh Perusahaan.

                       Prinsip akuntansi yang kontroversional lainya termasuk perlakuan atas biaya penelitian dan pengembangan, serta persyaratan pelaporan akuntansi atas inflasi yang mengharuskan dibuatnya penyesuaian dlam laporan keuangan, demikian pula halnya dengan akuntansi minyak dan gas bumi.

                       Dalam akuntansi minyak dan gas bumi pengakuan beban dengan metode-metode yang diperbolehkan menunjukan adanya negosiasi antar kelompok yang kompeten dan terlibat dalam penggunaan akuntansi minyak dan gas bumi tersebut. Dalam akuntansi tersebut diyatakan bahwa pengunaan perhitungan biaya penuh (full coating-FC) daan uasa yang berhasil (successful effort- SE) merupak dua metode yang disetujui.kedua metode tersebut muncul secra bertahap. Karna pengguanaan metode SE dapat menyebabkan kerugian besar yang harus ditampilkan dlam laporan laba rugi  maka baik pihak penyusun laporan keuangan maupun penerima laporan keuangan memiliki suatu kekhawatiran yang serius atas pandangan yang negative terhadap informasi keuangan yang dilaporkan itu.rasa khawatir itu diwujudkan lewat pengajuan usulan metode lain yaitu metode FC

 

 

2.2.2.            Akuntansi Perpajakan

               Akuntansi perpajakan keprilakuan merupakan bidnag yang relative masih belum dieksplorasi. Akan tetapi bidang tersebuttentu saja merupakan bidang yang sensitif dalam kaitanya denganpersyaratan pelaporan. Beberapa orang percaya bahwa persyartaan pelaporan pajak yang sekarang melanggar hak konstitusional. Umumnya dipandnag bahwa persyaratan pelaporan pajak rumit dan sulit bagi banyak pembayar pajak.

               Beberapa persyaratan pelaporan telah dikenakan tidak hanya kepada pembayar namun juga pada pihak lain seperti karyawan dengan maksud untuk membuat hukum pajak lebih dipatuhi. Pengetahuan bahwa informasi tersebut akan dilaporkan kepad kantor pajak oleh orang lain diharapkan akan mebuat pembayar pajak kemungkinan kecil akan mencoba untuk menghindari pajak. Perhatikan bahwa hukum pajak tidak berubah,persyaratan pelaporan menurunkan peluang untuk berbuat curang tanpa menapatkan hukuman.

               Usaha pada tahun 1985 untuk mengharuskan pencatatan rinci atas pengurangan beban bisnis mungkinadaalah contoh yang paling baru dan kontroversional mengenai dapakkeprilakuan dari persyartan pelaporan pajak. Telah dibantah bahwa orang-orang bisnis akan mengeluarkan lebih sedikit dan dengan demikian mengklaim lebih sedikit pengurangan di bandingkan dengan persyaratan pembukuan yang sekarang. Faktanny, catatan yang lebih rinci itu sendiri tidak perlu dilapokan, tetapi pembayar pajak dan penyususn laporan pajak diharuskan untuk melaporkan bahwa catatan smecam itu disimpan dan tersedia untuk diperiksa.

 

 

 

 

 

2.2.3.            Akuntansi Sosial

               Hanya sedikit saja yang mengetahui dampak drai akuntansi sosial terhadap pengirim informasi. Masih terdapat relative sedikit akuntansi sosial bagi publik, dan kebanyakan riset mengenai hal itu berkaitan dengan dampak terhadap penerima dari informasi yang dilaporkan. Karna akuntansi sosial eksternal masih bersifat sukarela, maka tidak ada dampak apapun dalam persyaratan pelaporan,meskipun masih terdapat dampak terhadap pelaporan secara sukarela. Karana akuntansi sosial merupakan bidang perhatian dan relative baru dan seringkali mengalami konfllik dengan criteria kerja yang sudah mapan, maka terutama sangat penting untuk menggabungkan persyaratan pelaporan dengan keperilakuan dan sanki untuk ketidakpatuhan yang sangat eksplit.

 

2.2.4.            Akuntansi Manajemen

               Manajemen dapat memberlakukan persyaratan pelaporan internal apapun  yang diinginkan kepada bawahan, pos pos yang dilaporkan secara internal dapat bersifat keuangan, operasional, sosial, atau suatu kombinasi. Akan tetapi hanya sedikit data akuntansi manajemn yang tersedia bagi publik, karana data tersebut jarang dilaporkan diluar organisasi. Sangat sulit pula untuk di genaralisasi karna setiap organisasi mempunyai sitem akuntansi manajemen, sekelompok persyaratan pelaporan, dan hubungan organisasional yang unik.

               Kombinasi dari hasil riset dalam bidang ini menunjukan proses yang sangat kompleks dimana persyaratan pelaporan berinteraksi dengan sejumlah variable dan proses organisasional lainya. Kesimpulan yang paling masuk akal yang dapt ditarik dari hasil risst yang tersedia bahwa kadang kala, persyaratan pelaporan menghasilkan dampak ynag dapat diamati terhadap prilaku pelapor dan kadang kala tidak. Keanekaragaman dari faktor-faktor yang mungkin harus dipertimbangkan membuatnya menjadi ngat sulit untuk memprediksikan kapan dan damapak apa yang akan terjadi.

               V.T Ridgeway (1959) adlah salah stu orag yang menarik perhatian pada apa yang disebut sebagai   “konskuensi dis fungsional dari ukuran kinerja’’ ia memperingatkan bahwa satu ukuran nomerik tunggal biasanya tidak dapat mencangkup  segala sesuatu yang pentng yang mencangku operasi.

 

              

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.3.      PENILAIAN DAMPAK TERHADAP PENGIRIMAN INFORMASI

                         Terdapat  banyak cara untuk menilai dampak dari persyaratan pelaoran terhadap pengirim informasi. Hal yang paling tersedia adalah pengambilan keputusa deduktif yang melibatkan keputusan secra hati-hati mengenai bagaiman persyaratan pelaporan akan berinteraksi dengan kekuatan-kekuatan multifungsional lainya guna membentuk prilaku manajer. Teknik ini sebaiknya selalu digunakan sebelum memberlakukan persyartan pelaporan. Coba tempakan diri nada pada posisi si pengirim dan tanyakan pada diri anda sendiri,   “apa yang akan saya lakukan jika ada pada posisinya dan harus melaporkan informasi tersebut?” berguna untuk bertanya kepada orang lain dengan latar belakang dan porspektif yang berbeda untuk melakukan hal yang sama karna mereka mungkin melihat sesuatu dengan cara yang tidak pernah anda pikirkan. Ini adalah cara yng sederhana dan murah, dan cepat untuk mencoba memprediksikan dampak dari persyaratn pelaporan, sebelum persyaratan tersebut diterapkan.

            Metode lain adalah dengan menanyakan kepada pelapor mengenai prilaku mereka, suatu cara formal untuk melakukan hal ini adalah denngan melkukan survei, yang terdiri atas pertanyanaan-pertanyaan sempit dengan kemungkinan tanggapan yang ditentukan atau pertanyaan-pertanyaan yang luas dengan kemungkinan jawaban yangterbuka, atau atas gabungan keduanya. Survei tersebut dapat ditanyakan secra langsung  “apakah persyaratan pelaporan ini menyebabkan anda mengubag prilaku anda ?,” atau lebih tidak langsung mencoba untuk memperoleh hal yang sama.survei tersebut dapat dilakukan secara pribadi, lewat telpon,atau leawat kuisioner yang dikirim melaui pos. metode ini hanya memberikan apa yang rela dan mampu untuk diberikan ooleh pelapor kepada anda mengenai persepsi mereka sendiri atas prilaku dan reaksinya terhadap persyarata pelaporan. Sayangnya, respon ini tidak terlalumencerminkan prilaku mereka secara akurta. Pelapor dapat dnegan senngaja berbohong, tetapi mereka juga dapat memiliki persepsi yang tidak akurat atas prilaku mereka. Kesalahan yang mungkin ini dapat terjadi untuk kedua kemungkinan. Pelapor dapat berfikir bahwa mereka telah mnegubah prilaku mereka dengan cara-cara atau jumlah sebenarnya tidak mereka lakukan, atau seblaiknya.

           Cara untuk memastikan apakah persyaratn pelaporan mengubah prilaku prilaku pelaporan adalah dengan mengamati prilaku denggan dan tanpa persyaratan pelaporan. Hal ini sebainya dilakukan dalam eksperimen terkendali dimana satu-satunya hal yang dapat berubah adalah persyaratan pelaporan. Tetapi, agar hasinya berguna, penting bahwa kondisi eksperimen cukup serupa dengan kondisi alamiah diman persyaratan pelaporan ada. Hal ini tida selalu mudah untuk dilakukan.

           Beraneka ragam pendekatan dapat diambil untuk mengukur prilaku dalam kondisi alamiah itu sendiri. Ketika terdapat akses langsung ke pelapor danpaling tidak beberapa variable relevan yang dapat dikendalikan atau dimanipulasi, gunakan  “studi lapangan yang bersifat eksperimen semu” yang meruak suatu kompromi atara kepastian dan relavansi. Metode tersebut adalah metode yang paling mendekati eksperimen laboratorium dalam hal engendalian dan oleh karna itu memberikan suatu pengujian tas kausalitas. Ketika pengirim hanya dapat diamati (yaitu tidak ada variable yang relevan yang dapat dikenddalikan atau dimanipulasi), maka hal ini merupak study kasus dalam beberapa konteks akuntansi, terutama keuangan, tidak ada pengendalian yang tersedia, sehingga seseorang harus menggunakan data apa pun yang tersedia mengenai prilaku dari pengirim. Hal ini disebut dbngan  “analisis post hoc atas data sekunder”.

           Masalah dalam kondisi alamiah adalah bahwa banyak hal-hal lain yangkemungkinan akan berubah pada saat yang bersamaan sengan persyartan pelaporan. Hal ini menyulitkan untuk menentukan apakah penyebab  dari prilaku yang diamati adalah karna persyartan pelporan atau karna satu atau lebih faktor lainnya. Juga, terutama ketika analisis post hoc terhadap data sekunder digunakan, ukuran ukuran langsung dari prilaku yang diamati mungkin tidak tersedia.

           Meskipun terdapat kesulitan-kesulitan tersebut, penting untuk mencoba menentukan bagaimana persyratabn pelaporan telah, mempengaruhi prilaku pelapordalam cara yang menguntungkan atau tidak mnguntungkan dan dapat diprediksi atau tidak,sebagaimana dnegn kebanyakan tugas evaluasi kinerja, kombinasi dari beberapa metode peniaian kemungkinan besar akan memberikan haisl yang paling andal

 

BAB III

PENUTUP

 

 

3.1 KESIMPULAN

            Sebagaimana di ketahui bersama masalah pokok dari proses akuntansi adalah implikasi komunikasi informasi mengenai keungan dan manajemen.  Namun, bukan hanya pihak  pelapor atau pengirim informasi saja yang memiliki harapan, pihak penerima informasi juga memiliki harapn tersendiri leawat prilaku yang diwujudkan terhadap informasi tersebut.  Kedua belah pihak masing-masing memiliki prilaku yang berbeda terhhadapinformasi yang sama. Dengan demikian, untuk mencapai efektifitas komunikasi, pihak penerima informasi harus mnyeadi prilaku dari pihak pengirim informasi, karna pihak pengirim informasi dapat bertindakdisfungsional terhadap informasi yang signifikan. Oleh karena itu, bentuk laporan yang menjadi bagian dari rangkaian komunikasi perlu ditinjau mana kala membawa damapak negative bagi proses komunikasi

         

 

Tinggalkan komentar